Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah kembali menggelar kegiatan kelas motivasi bertajuk “Heart-Based Education”, sebuah tema yang kini diangkat untuk kali kedua. Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya fakultas dalam membangun karakter dosen yang berlandaskan pada nilai-nilai islami dan pendekatan yang menitikberatkan pada hati.
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Universitas Baiturrahmah ini menghadirkan motivator dan dosen inspiratif, Kurniadi Ilham, S.Si, M.Si, yang akrab disapa Abi. Sebagai seorang akademisi yang juga memiliki pengalaman luas dalam motivasi, Abi menyampaikan materi yang memadukan pendekatan ilmiah dengan kajian Islam, memberikan dimensi spiritual yang mendalam kepada para peserta.
Dekan Fakultas Kedokteran, dr. Rendri Bayu Hansah, Sp.PD, FINASIM, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Beliau mengatakan kami sangat bersyukur dapat menyelenggarakan kembali kelas motivasi dengan tema ‘Heart-Based Education.’ Tema ini relevan dalam membangun karakter dosen yang tidak hanya profesional dalam mengajar, tetapi juga memiliki hati yang tulus dan bersyukur dalam menjalani peran mereka. Melalui kegiatan ini, kami berharap para dosen dapat merefleksikan peran mereka sebagai pendidik sekaligus pelayan ilmu yang penuh rasa syukur, serta terus menanamkan nilai-nilai spiritual dalam aktivitas sehari-hari.
Abi memulai sesi dengan menjelaskan konsep dasar Heart-Based Education yang menitikberatkan pada peran hati dalam setiap aktivitas, khususnya dalam mengajar. Ia menggambarkan bahwa pendekatan ini tidak hanya bertujuan mentransfer pengetahuan, tetapi juga membangun hubungan yang tulus dengan mahasiswa, kolega, dan diri sendiri. Abi menyoroti tiga pilar utama dari Heart-Based Education:
1. Kesadaran Hati (Heart Awareness)
Abi menekankan bahwa seorang pendidik perlu mengenali kondisi hatinya sebelum berinteraksi dengan orang lain.
Hati yang sadar akan mengarahkan tindakan kita menjadi lebih tulus dan bermanfaat. Ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang positif, jelasnya.
2. Pendidikan Berbasis Kasih Sayang (Compassionate Teaching)
Abi menggarisbawahi pentingnya kasih sayang dalam dunia pendidikan. Ia mengatakan bahwa kasih sayang adalah kunci untuk membangun hubungan yang baik dengan mahasiswa.
3. Rasa Syukur Sebagai Landasan Hati (Gratitude-Based Living)
Abi menjelaskan bahwa rasa syukur membantu pendidik melihat profesi mereka sebagai anugerah.
Syukur memberikan kekuatan bagi hati kita untuk menjalani setiap tantangan dengan ketenangan dan keberkahan, ungkapnya.
Salah satu kegiatan yang menarik dalam acara ini adalah pembuatan jurnal syukur. Para dosen diminta untuk mencatat berbagai hal yang mereka syukuri sejak bangun tidur hingga saat acara berlangsung. Aktivitas ini bertujuan melatih kesadaran dan membantu peserta menemukan makna dalam setiap momen kehidupan.
Abi kemudian mengajukan pertanyaan reflektif
Selama menjadi dosen, apa saja yang Anda syukuri? Bagaimana rasa syukur tersebut memengaruhi cara Anda mengajar? Diskusi yang terbangun dari pertanyaan ini sangat inspiratif. Banyak dosen berbagi pengalaman pribadi, seperti rasa syukur atas kesempatan mendidik mahasiswa, lingkungan kerja yang mendukung, hingga keberkahan dalam kehidupan pribadi.
Dalam sesi tanya jawab, Abi memberikan perspektif baru kepada peserta, termasuk cara menghadapi mahasiswa yang sulit diatur dengan pendekatan berbasis hati, tantangan seperti ini adalah peluang untuk menunjukkan kekuatan kasih sayang dalam mengubah perilaku, ujarnya. Tidak hanya itu abi juga mengajukan sebuah pertanyaan yang menggugah hati. Apakah kita, sebagai dosen, telah mendoakan peserta didik kita secara senyap?
Doa adalah kekuatan besar yang sering kali terabaikan. Dalam setiap langkah mereka, sudahkah kita memohonkan kebaikan bagi mahasiswa kita, agar ilmu yang mereka dapatkan menjadi berkah dan bermanfaat?
Abi menekankan bahwa doa adalah bentuk kasih sayang paling tulus dari seorang pendidik kepada peserta didiknya. Ia mengajak para dosen untuk tidak hanya mengajar dengan hati, tetapi juga melibatkan doa dalam setiap interaksi, baik secara langsung maupun tak terlihat. Doa yang kita panjatkan, meskipun mereka tidak mengetahuinya, adalah bukti cinta kasih kita kepada mereka. Ketulusan ini tidak hanya akan menguatkan hubungan kita dengan mahasiswa, tetapi juga membawa keberkahan dalam ilmu yang kita ajarkan, tambahnya.
Abi juga memberikan panduan kepada dosen untuk menerapkan Heart-Based Education di kelas, seperti, Mengawali setiap pertemuan dengan doa atau refleksi singkat untuk mengarahkan niat. Menggunakan pendekatan personal untuk memahami kebutuhan mahasiswa. Menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam materi pembelajaran.
Kegiatan kelas motivasi ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi para dosen untuk merefleksikan peran mereka sebagai pendidik. Dengan Heart-Based Education, Fakultas Kedokteran berupaya menciptakan lingkungan akademik yang tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga membangun karakter yang kuat dan berbasis spiritual.
Dekan Fakultas Kedokteran menutup sambutannya dengan harapan, semoga melalui kegiatan ini, kita semua dapat menjadi pendidik yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kaya secara spiritual, sehingga mampu menginspirasi mahasiswa untuk menjadi manusia yang berkarakter mulia.
Acara berlangsung dengan khidmat dan penuh makna, memberikan kesan mendalam bagi semua peserta. Fakultas Kedokteran berharap kegiatan kelas motivasi ini menjadi momentum bagi para dosen untuk memperdalam peran mereka sebagai pendidik yang tidak hanya berbasis intelektual, tetapi juga spiritual, membimbing dengan hati dan doa untuk menciptakan generasi yang berkarakter mulia.
Berikut Dokumentasi Acara